Jumat, 08 Januari 2016

SOFTSKILL PERILAKU KONSUMEN PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBELIAN DAN KONSUMSI

SOFTSKILL PERILAKU KONSUMEN
PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP
PEMBELIAN DAN KONSUMSI
 

 




                           Nama    : Septiani Permata Sari
                             Kelas    : 3EA32
                             NPM     :18213393
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
2015 / 2016




PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP
PEMBELIAN DAN KONSUMSI
Pengertian Budaya
              Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal (luas). Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya.Budaya adalah hal yang diperoleh. Ia nya tidak dimasukkan mewarisi respon dan kecenderungan. Kerumitan dari masyarakat modern merupakan kesungguhan dimana budaya jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat. Budaya terutama dijalankan oleh keadaan yang batasannya cukup bebas pada perilaku individu dan oleh pengaruh fungsinya dari institusi seperti keluarga dan media massa. Kemudian, budaya memberikan kerangka dalam yang mana individu dan rumah tangga gaya hidup menyusun. Batasan dimana perangkat budaya dalam perilaku disebut norma, yang merupakan aturan sederhana dimana menentukan atau melarang beberapa perilaku dalam situasi yang spesifik. Norma dijalankan dari nilai budaya. Dimana nilai budaya adalah kepercayaan yang dipertahankan dimana menguatkan apa yang diinginkan. Pelanggaran dari norma budaya berakhir dengan sangsi yang merupakan hukuman dari pencelaan sosial yang ringan untuk dibuang dari kelompok.
 Kebudayaan dalam bahasa Inggris disebut culture. Kata tersebut sebenarnya berasal dari bahasa Latin = colere yang berarti pemeliharaan, pengelolaan tanah menjadi tanah pertanian. Sedangkan kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kata buddayah. Kata budayyah berasal dari kata budhi atau akal. manusia memiliki unsur-unsur potensi budaya yaitu pikiran (cipta), rasa dan kehendak (karsa). Hasil ketiga potensi budaya itulah yang disebut kebudayaan.
        Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kebudayaan itu hanya dimiliki oleh masyarakat manusia
2. Kebudayaan itu tidak diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui proses belajar
3. Kebudayaan itu didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
        Menurut Selo Soedmardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,rasa, dan cipta masyarkat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedagkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,religi, seni, dll, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Pengertian perilaku konsumen

              Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa. Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
Pengaruh Kebudayaan Terhadap Perilaku Konsumen

              Faktor budaya merupakan suatu yang paling memiliki pengaruh paling luas pada perilaku konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang.
              Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang, terutama dalam perilaku pengambilan keputusan dan perilaku pembelian. Dalam perkembangan sejarah budaya konsumsi maka masyarakat konsumsi lahir pertama kali di Inggris pada abad 18 saat terjadinya tekhnologi produksi secara massal. Tekhnologi yang disebabkan oleh berkembangnya revolusi industri memungkinkan perusahaan-perusahaan memproduksi barang terstandarisasi dalam jumlah besar dengan harga yang relatif murah.
              Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan. Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja. Budaya mengacu pada seperangkat nilai, gagasan, artefak dan simbol yang mempunyai makna, yang membantu individu berkomunikasi, memberikan tafsiran serta melakukan evaluasi. Budaya tidak hanya bersifat naluriah saja, namun budaya memberikan dampak pada perilaku yang dapat diterima didalam masyarakat. Beberapa sikap dan perilaku yang dipengaruhi budaya, meliputi: (James Engel,2002 :70).
a.       Rasa dan ruang
b.      Komunikasi dan bahasa
c.       Pakaian, penampilan
d.      Makanan dan kebiasaan makan\
e.       Waktu
f.       Hubungan (keluarga, organisasi, pemerintah, dsbnya)
g.      Nilai dan norma
h.      Kepercayaan dan sikap
i.        Proses mental dan pembelajaran\
j.        Kebiasaan kerja
Struktur Konsumsi
              Dari bahasa belanda consumptie, ialah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda baik berupa barang maupu jasa untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali (Jawa: kulakan), maka dia disebut pengecer atau distributor. Pada masa sekarang ini bukan suatu rahasia lagi bahwa sebenarnya
              Konsumen adalah raja sebenarnya, oleh karena itu produsen yang memiliki prinsip holistic marketing sudah seharusnya memperhatikan semua yang menjadi hak-hak konsumen. Secara matematis struktur konsumsi yaitu menjelaskan bagaimana harga beragam sebagai hasil dari keseimbangan antara ketersediaan produk pada tiap harga (penawaran) dengan kebijakan distribusi dan keinginan dari mereka dengan kekuatan pembelian pada tiap harga (permintaan). Grafik ini memperlihatkan sebuah pergeseran ke kanan dalam permintaan dari D1 ke D2 bersama dengan peningkatan harga dan jumlah yang diperlukan untuk mencapai sebuah titik keseimbangan (equibilirium) dalam kurva penawaran (S).
              Kebudayaan  yang semakin berkembang mengakibatkan pembelian dan konsumsi yang berubah pula. Kebudayaan secara tidak langsung telah mempengaruhi dalam segala aspek kehidupan manusia. Parapemasar dapat melihat perkembangan kebudayaan dengan cara melalui penjualan produk yang dijual pada konsumen serta pengaruhnya terhadap pembelian dan konsumsi mereka. Seraya melihat perubahan-perubahan nilai kebudayaan yang terjadi pada masyarakat.


SOFTSKILL PERILAKU KONSUMEN KEPRIBADIAN, NILAI, dan GAYA HIDUP

SOFTSKILL PERILAKU KONSUMEN
KEPRIBADIAN, NILAI, dan GAYA HIDUP
 
 






                           Nama    : Septiani Permata Sari
                             Kelas       : 3EA32
                             NPM     :18213393

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAGEMEN
2015 / 2016
KEPRIBADIAN
Pengertian
              Kepribadian didefinisikan sebagai ciri-ciri kejiwaan dalam diri yang menentukan dan mencerminkan bagaimana seseorang berespon terhadap lingkungannya. Penekanan dalam definisi ini adalah pada sifat-sifat dalam diri atau sifat-sifat kewajiban yaitu kualitas, sifat, pembawaan, kemampuan mempengaruhi orang dan perangai khusus yang membedakan satu individu dari individu lainnya. Kepribadian cenderung mempengaruhi pilihan seseorang terhadap produk. Sifat-sifat inilah yang mempengaruhi cara konsumen merespon usaha promosi para pemasar, dan kapan, di mana, dan bagaimana mereka mengkonsumsi produk dan jasa tertentu. Karena itu, identifikasi teerhadap karakteristik kepribadian khusus yang berhubungan dengan perilaku konsumen sangat berguna dalam penyusunan strategi segmentasi pasar perusahaan.
Sifat Dasar dari Kepribadian
a)      Kepribadian membedakan individu
Kepribadian seseorag dikatakan saling membedakan karena dalam diri seseorang terdapat karakteristik yang dapat membentuk  kepribadian seorang individu menjadi sangat berbeda dengan individu lainnya.Hal tersebut merupakan kombinasi-kombinasi yang berasal dari banyak sebab. Sehingga akan banyak terdapat kepribadian yang akan tercipta baik karena pengaruh lingkungan sosialnya maupun kebudayaannya.
b)      Kepribadian bersifat konsisten dan bertahan lama
Sebenarnya kepribadian seseorang akan muncul sejak manusia tersebut berumur anak-anak ,  kepribadian sebenarnya sudah di bawa sejak bayi maupun saat dalam kandungan yang dalam hal ini, diturunksn oleh orang tuanya dan kemudian dibawa siring dengan pertumbuhan dan akan semakin matang ketika orang tersebut menjadi dewasa dan Tua.
c)      Kepribadian dapat berubah
Sebenarnya kepribadian seseorang yang di bawa sejak kecil tetap dapat berubah pada keadaan tertentu yang mempengaruhinya. Misalnya karena adanya berbagai peristiwa hidup yang terus dialaminya.Kepribadian seseorang berubah tidak hanya sebagai respon terhadap berbagai peristiwa yang terjadi tiba-tiba, Namun juga terjadi sebagai bagian dari perjalanan sebuah proses menuju ke kedewasaan secara yang bertahap.

Menurut Renee Baron dan Elizabeth Wagele, kepribadian seseorang dibagi dalam 9 tipe yaitu :
1.      Tipe perfeksionis
 Orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup dengan benar, memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.
2.      Tipe penolong
Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, mengekspresikan perasaan positif pada orang lain, dan menghindari kesan membutuhkan.
3.      Tipe pengejar prestasi
Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi orang yang produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan.
4.      Tipe romantis
Orang tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hidup, dan menghindari citra diri yang biasa-biasa saja.
5.      Tipe pengamat
Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu dan alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, serta menghindari kesan bodoh atau tidak memiliki jawaban.
6.      Tipe pencemas
Orang tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan, merasa diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak.
7.      Tipe petualang
Tipe 7 termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih pada dunia, dan terhindar dari derita dan dukacita.
8.      Tipe pejuang
Tipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri, kuat, memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari kesan lemah.
9.      Tipe pendamai
Para pendamai dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu dengan orang lain dan menghindari konflik.

TEORI KEPRIBADIAN

2.1 Teori Freud
Teori ini dibangun atas dasar pemikiran bahwa kebutuhan atau dorongan yang tidak disadari, terutama dorongan seksual dan dorongan biologis lainnya, merupakan inti dari motivasi dan kepribadian manusia. Didasarkan kepada analisisnya , Freud mengemukakan bahwa kepribadian manusia terdiri dari 3 sistem yang saling mempengaruhi yaitu id, superego, dan ego.
Id dirumuskan sebagai “gudang” dari berbagai dorongan primitif dan impulsif berupa kebutuhan fisiologis dasar seperti rasa haus, lapar, dan seks yang diusahakan individu untuk segera dipenuhi, terlepas dari bagaimana cara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan itu.
Sedangkan superego dirumuskan sebagai pernyataan diri individu mengenai moral dan kode eti k yang berlaku di dalam masayarakat. Peran superego adalah menjaga agar individu tersebut memuaskan kebutuhan dengan cara yang dapat diterima masyarakat.
Terakhir, yaitu ego, merupakan pengendalian individu secara sadar. Fungsinya sebagai p emantau dalam diri manusia yang berusaha menyeimbangkan tuntutan id yang impulsi f dengan kendala sosial buadaya atas superego.
Freud juga menekankan bahwa kepribadian individu dibentuk ketika ia mela lui beberapa tahap khas perkembangan bayi dan masa kanak-kanak. Tahap-tahap ini terdiri dari tahap oral, anal, phallic, laten, dan genital. Menurut teori Freud, kepribadian orang dewasa ditentukan oleh seberapa baik dia menghadapi krisis ya ng dialami selama melalui setiap tahap ini.
Para peneliti yang menerapkan teori psikionalitis Freud pada studi kepribadian konsumen percaya bahwa dorongan pada manusia sebagian besar tidak disadari dan bahwa para konsumen terutama tidak menyadari alasan mereka yang sebenarnya atas pembelian suatu jenis barang / jasa tertentu. Para peneliti ini cenderung memandang bahwa pembelian konsumen dan kepemilikan barang oleh konsumen sebagaicerminan dari kepribadian individu yang bersangkutan.

2.2 Teori Kepribadian Neo-Freud
Penganut Neo-Freud percaya bahwa hubungan sosial menjadi dasar pembentukan dan pengembangan kepribadian. Alfred Adler memandang manusia berusaha supaya
dapat mencapai berbagai sasaran yang rasional yang disebutnya gaya hidup. Dia juga banyak menekankan pada usaha individu untuk mengatasi perasaan rendah diri. Harry Stack Sullivan menekankan bahwa manusia terus menerus berusaha membangun hubungan yang berarti dan bermanfaat dengan orang lain. Ia terutama tertarik pada
berbagai usah individu untuk mengurangi tekanan, seperti kegelisahan. Karen Horney juga memfokuskan pada pengaruh hubungan anak-orang tua, dan keinginan individu untuk mengatasi perasaan gelisah.
Banyak pemasar menggunakan teori Neo-Freud ini secar intuitif. Misalnya jika seorang pemasar ingin memposisikan produk mereka sebagai produk yang memberikan kesempatan menjadi bagian dan dihargai orang lain dalam lingkkungan kelompok / sosial tertentu, maka pemposisian produk tersebut berdasarkan pengggambaran karakterisitik individu yang yang patuh menurut Horney.

2.3 Teori Sifat
Teori sifat merupakan awal penting berpisahnya dari pengukuran kualitatif yang menjadi ciri khas gerakan pengikut Freud dan Neo-Freud. Orientasi Teori Sifat terutama bersifat kuantitatif / empiris. Teori ini memfikuskan pada pengukuran kepribadian menurut karakteristik psikologis khusus yang disebut sifat. Sifat didefinisikan sebagai cara yang khas dan relatif bertahan lama yang dapat membedakan seorang individu dari individu lain. Tes sifat kepribadian tunggal yang dipilih (yang hanya mengukur satu sifat) sering disusun terutama untuk dipakai dalam studi perilaku konsumen.
Tes kepribadian ini mengukur berbagai sifat seperti keinovatifan konsumen (seberapa besar kemauan seseorang untuk menerima berbagai pengalaman baru), materialisme konsumen (tingkat kecenderungan konsumen pada “kepemilikan duniawi”), dan etnosentrisme konsumen (kemungkinan konsumen untuk menerima/ menoilak berbagai produk buatan luar negeri). Para peneliti sifat telah menemukan bahwa biasanya lebih realistis mengharapkan kepribadian berhubungan dengan cara konsumen membuat pilihan mereka atas konsumsi golongan produk yang luas, bukan atas merk tertentu.



Perkembangan Kepribadian
            Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam kenyataannya sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian dapat dan mungkin terjadi, terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik. Erikson mengemukakan tahapan perkembangan kepribadian dengan kecenderungan yang bipolar:
1.      Masa bayi (infancy)
2.      Masa kanak-kanak awal (early childhood)
3.      Masa pra sekolah (Preschool Age)
4.      Masa Sekolah (School Age)
5.      Masa Remaja (adolescence)
6.      Masa Dewasa Awal (Young adulthood)
7.      Masa Dewasa (Adulthood)
8.      Masa hari tua (Senescence)

NILAI
Pengertian Nilai
            Nilai memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat karena nilai sendiri merupakan ukuran mengenai baik dan buruk, benar dan salah, pantas dan tak pantas. Nilai sangat mencerminkan suatu kualitas pilihan dalam tindakan dalam hal apapun termasuk melakukan pembelian. sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan nilai adalah prinsip, tujuan, atau standar sosial yang dipertahankan oleh seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) karena secara intrinsik mengandung makna.
            Contohnya adalah jika seseorang memandang bahwa jenjang pendidikan yang lebih tinggi adalah sesuatu yang mutlak dan penting, maka ia akan berusaha untuk memperoleh pendidikan yang layak, walaupun tentu ada uang yang harus ia keluarkan untuk hal tersebut. Dan sebaliknya, alau seseorang menmandang pendidikan sebagai sesuatu yang kurang begitu penting bagi dirinya, maka ia tidak akan berusaha untuk memperoleh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Walaupun ia sebenarnya memiliki kemampuan untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.
MACAM-MACAM NILAI
Menurut filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu
a)      Nilai logika adalah nilai benar salah.
b)      Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah.
c)      Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk.
Notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai. Ketiga nilai itu adalah sebagai berikut :
1.      Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
2.      Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
3.      Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian meliputi :
a)      Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.
b)      Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan(emotion) manusia.
c)      Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa,Will) manusia.
d)     Nilai religius yang merupakan nilai keohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.








GAYA HIDUP
Pengertian gaya Hidup
              Gaya hidup adalah cara hidup, yang diidentifikasi melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat seseorang. Mowen dan Minor menyatakan bahwa penting bagi pemasar untuk melakukan segmentasi pasar dengan mengidentifikasi gaya hidup melalui pola perilaku pembelian produk yang konsisten, penggunaan waktu konsumen, dan keterlibatannya dalam berbagai aktivitas. Mowen dan Minor juga menegaskan bahwa gaya hidup merujuk pada bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Hal ini dinilai dengan bertanya kepada konsumen tentang aktivitas, minat, dan opini mereka, gaya hidup.
              Gaya hidup hanyalah salah satu cara mengelompokkan konsumen secara psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang mencari hiburan bersama kawan-kawannya, ada yang senang menyendiri, ada yang bepergian bersama keluarga, berbelanja, melakukan aktivitas yang dinamis, dan ada pula yang memiliki dan waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan sosialkeagamaan. Kasali menyatakan bahwa gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang, dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang.
              Pendekatan gaya hidup cenderung mengklasifikasikan konsumen berdasarkan variabel-variabel Activity, Interest, Opinion, yaitu aktivitas, interes (minat), dan opini (pandangan-pandangan). Menurut Setiadi sikap tertentu yang dimiliki konsumen terhadap suatu objek tertentu bisa mencerminkan gaya hidupnya. Gaya hidup seseorang bisa juga dilihat dari apa yang disenangi, ataupun pendapatnya mengenai objek tertentu.




SOFTSKILL PERILAKU KONSUMEN MEMPENGARUHI SIKAP DAN PERILAKU

SOFTSKILL PERILAKU KONSUMEN
MEMPENGARUHI SIKAP DAN PERILAKU
 


 




                           Nama  : Septiani Permata Sari
                             Kelas    : 3EA32
                             NPM     :18213393

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAGEMENT
2015 / 2016



Pengertian Sikap
              Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan pikiran, dan perilaku. Selain itu, sikap atau attitude adalah suatu konsep paling penting dalam psikologi sosial. Pembahasan yang berkaitan dengan psikologi (sosial) hampir selalu menyertakan unsur sikap baik sikap individu maupun sikap kelompok sebagai salah satu bagian pembahasannya.
Banyak kajian dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, prose terbentuknya sikap, maupun proses perubahannya. Banyak pula penelitian telah dilakukan terhadap sikap untuk mengetahui efek dan perannya baik sebagai variabel bebas maupun sikap sebagai variabel tergantung

Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk bahwa produk tersebut memiliki atribut adalah akibat dari pengetahuan konsumen. Menurut Mowen dan Minor kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsmen mengenai suatu objek, atributnya, manfaatnya. Pengetahuan tersebut berguna dalam mengkomunikasikan suatu produk dan atributnya kepada konsumen. Sikap menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut tersebut.
PEMBENTUKAN SIKAP
            Sikap yang dianut konsumen sekarang ini tentu saja merupakan hasil dari pengalaman mereka sebelumnya. Konsumen yang hidup melewati era Depresi pada awal tahun 1930-an, misalnya, secara khas memiliki sikap yang kurang mendukung terhadap pembelian berdasarkan kredit. Asal mula dari banyak sikap dapat dirunut hingga pengalaman masa kanak-kanak, seperti perjalanan belanja dengan ibu dan ayah. Jadi, keluarga memiliki pengaruh besar pada perkembangan sikap selama tahun-tahun awal kehidupan konsumen. Secara lebih umum, faktor lingkungan yang dideskripsikan akan memiliki pangaruh yang kuat pada pembentukan sikap dengan membentuk jenis, jumlah dan kualitas informasi dan pengalaman yang tersedia bagi konsumen.
Karakteristik sikap antara lain :
1.Sikap positif, negatif, netral.
2.Keyakinan sikap.
3.Sikap memiliki objek.
4.Konsistensi sikap.
5.Resistensi sikap.

Empat Fungsi Sikap :
Empat fungsi sikap yang bisa digunakan oleh pemasar sebagai metode untuk mengubah sikap konsumen terhadap produk dan atributnya menurut Daniel Katz antara lain :
1.Fungsi utilitarian.
2.Fungsi mempertahankan ego.
3.Fungsi ekspresi nilai.
4.Fungsi pengetahuan.
Pengukuran sikap yang paling populer digunakan oleh para peneliti konsumen adalah model multi atribut yang terdiri dari tiga model : the attittude toward-object model, the attittude toward-behavior model, dan the theory of reasoned-action model. Model ini menjelaskan bahwa sikap konsumen terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang dievaluasi. Model ini menekankan tingkat kepentingan yang diberikan kosumen kepada suatu atribut sebuah produk. Model sikap lainnya yang juga sering digunakan adalah model sikap angka ideal. Model ini memberikan informasi mengenai sikap konsumen terhadap merek suatu produk sekaligus memberikan informasi mengenai merek ideal yang dirasa suatu produk. Perbedaannya dengan model multi atribut adalah terletak pada pengukuran sikap menurut konsumen.
MODEL STRUKTURAL SIKAP
            Yang sangat penting dalam memahami peran sikap dalam perilaku konsumen adalah pengertian mengenai struktur dan komposisi sikap. Terdapat empat kategori besar model sikap, yaitu:
1.      Model Sikap Tiga Komponen
Sikap ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu:
a)      Komponen kognitif
b)      Komponen afektif
c)      Komponen perilaku
2.      Model Sikap Multi Atribut
Model ini digunakan dengan maksud agar diperoleh konsistensi antara sikap dan perilakunya, sehingga mode Fishbein ini memiliki dua komponen, yaitu kompenen sikap dan komponen norma subyektif yang penjelasannya disajikan berikut ini :
a)      Komponen sikap
b)      Komponen norma subyektif
Secara singkat terdapat tiga model dalam model sikap sikap multi atribut Fishbein, yaitu:
1. Model sikap terhadap obyek, 
2. Model sikap terhadap perilaku,
3. Teori model tindakan yang beralasan,
3.      Teori Usaha Mengkonsumsi
Suatu teori sikap yang dirancang untuk menjelaskan berbagai kasus di mana tindakan atau outcome tidak pasti, tetapi sebaliknya merefleksikan usaha konsumen untuk mengkonsumsi merupakan (atau membeli). Dimaksudkan untuk menerangkan berbagai kejadian dari tindakan atau hasil tindakan yang tidak pasti tetapi sebaliknya kejadian tersebut mencerminkan usaha konsumen untuk mengkonsumsi atau membeli.
4.      Model Sikap terhadap Iklan
Dalam usaha memahami dampak iklan atau sarana promosi lainnya seperti katalog pada sikap konsumen pada berbagai produk atau merek tertentu. Konsumen membentuk berbagai perasaan (pengaruh) dan pertimbangan kognisi sebagai akibat keterbukaan terhadap iklan. Perasaan dan pertimbangan ini akhirnya mempengaruhi sikap konsumen terhadap iklan dan keyakinan terhadap merek yang diperoleh dari iklan.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN SIKAP
1.      Pengaruh Keluarga
2.      Pengalaman langsung
3.       Kelompok teman sebaya (Peer Group Influences)
4.      Pemasaran langsung
5.      Kepribadian
6.      Tayangan Media Massa

HUBUNGAN SIKAP-PERILAKU
            Didalam banyak situasi, pemasar berkepentingan dengan peramalan perilaku pembelian. Andaikan saja perusahaan anda baru saja mengembangkan suatu produk baru dan tertarik untuk menentukan apakah ada permintaan yang cukup di pasar untuk menjamin pengenalan. Salah satu ancangan terhadap pembuatan penentuan ini memerlukan pengenalan produk ke dalam satu atau lebih pasar percobaan. Bergantung kepada hasil ini, anda pun dapat membuat penilaian berdasarkan informasi yang lebih banyak mengenai potensi produk tersebut. Tes seperti ini juga dapat menghabiskan biaya jutaan dolar, harga yang sangat mahal untuk menentukan bahwa suatu produk memiliki sedikit daya tarik. Sebagai alternatif, anda dapat memeriksa apakah produk tersebut bahkan pantas mendapatkan peluang untuk masuk ke dalam pasar percobaan dengan lebih dahulu mempertimbangkan sikap konsumen terhadap produk tersebut. Ancangan ini sangat langsung. Konsumen dari pasar target akan diminta untuk menunjukkan minat mereka untuk membeli produk tersebut. Bila hanya sedikit konsumen yang menyatakan berminat, produk tersebut harus ditinggalkan atau dimodifikasi dan diuji ulang. Sebaliknya bila konsumen sangat tertarik pada produk tersebut, maka tibalah waktunya untuk mempertimbangkan pasar percobaan. Ketahuilah bahwa biaya dari studi mengenai sikap ini adalah ribuan dolar.
            Pemakaian sikap untuk meramalkan permintaan tidak terbatas pada produk baru. Produsen produk yang sudah ada juga berminat untuk meramalkan penjualan masa datang. Sesungguhnya, pengetahuan mengenai konsumsi masa datang dapat menjadi determinan kritis dari banyak keputusan bisnis. Sebagai contoh, seberapa berminat pabrik yang beroperasi dengan kapasitas penuh dalam mengembangkan fasilitas produksi mereka bila mereka mengetahui bahwa penjualan akan meningkat dengan tajam? Sebaliknya, penentuan bahwa permintaan hampir mendatar sesudah beberapa tahun pertumbuhan yang kuat akan menyingkapkan kebutuhan untuk mulai menjajaki kesempatan alternatif untuk mencapai pertumbuhan penjualan (misalnya, mencuri pelanggan pesaing).Walaupun ada penilaian yang pesimistis ini, penelitian terus menjajaki hubungan sikap-perilaku tersebut. Kini diakui, bahwa di dalam keadaan yang sesuai, sikap dapat meramalkan perilaku.