SOFTSKILL
PERILAKU KONSUMEN
KEPRIBADIAN,
NILAI, dan GAYA HIDUP
Nama : Septiani
Permata Sari
Kelas
: 3EA32
NPM :18213393
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAGEMEN
2015 / 2016
KEPRIBADIAN
Pengertian
Kepribadian didefinisikan sebagai ciri-ciri kejiwaan
dalam diri yang menentukan dan mencerminkan bagaimana seseorang berespon
terhadap lingkungannya. Penekanan dalam definisi ini adalah pada sifat-sifat
dalam diri atau sifat-sifat kewajiban yaitu kualitas, sifat, pembawaan,
kemampuan mempengaruhi orang dan perangai khusus yang membedakan satu individu
dari individu lainnya. Kepribadian cenderung mempengaruhi pilihan seseorang
terhadap produk. Sifat-sifat inilah yang mempengaruhi cara konsumen merespon
usaha promosi para pemasar, dan kapan, di mana, dan bagaimana mereka
mengkonsumsi produk dan jasa tertentu. Karena itu, identifikasi teerhadap
karakteristik kepribadian khusus yang berhubungan dengan perilaku konsumen
sangat berguna dalam penyusunan strategi segmentasi pasar perusahaan.
Sifat Dasar dari Kepribadian
a) Kepribadian
membedakan individu
Kepribadian seseorag dikatakan saling
membedakan karena dalam diri seseorang terdapat karakteristik yang dapat
membentuk kepribadian seorang individu
menjadi sangat berbeda dengan individu lainnya.Hal tersebut merupakan
kombinasi-kombinasi yang berasal dari banyak sebab. Sehingga akan banyak
terdapat kepribadian yang akan tercipta baik karena pengaruh lingkungan
sosialnya maupun kebudayaannya.
b) Kepribadian
bersifat konsisten dan bertahan lama
Sebenarnya kepribadian seseorang akan
muncul sejak manusia tersebut berumur anak-anak , kepribadian sebenarnya sudah di bawa sejak bayi
maupun saat dalam kandungan yang dalam hal ini, diturunksn oleh orang tuanya
dan kemudian dibawa siring dengan pertumbuhan dan akan semakin matang ketika
orang tersebut menjadi dewasa dan Tua.
c) Kepribadian
dapat berubah
Sebenarnya kepribadian seseorang yang di
bawa sejak kecil tetap dapat berubah pada keadaan tertentu yang
mempengaruhinya. Misalnya karena adanya berbagai peristiwa hidup yang terus
dialaminya.Kepribadian seseorang berubah tidak hanya sebagai respon terhadap
berbagai peristiwa yang terjadi tiba-tiba, Namun juga terjadi sebagai bagian
dari perjalanan sebuah proses menuju ke kedewasaan secara yang bertahap.
Menurut Renee Baron dan Elizabeth
Wagele, kepribadian seseorang dibagi dalam 9 tipe yaitu :
1.
Tipe perfeksionis
Orang dengan tipe ini termotivasi oleh
kebutuhan untuk hidup dengan benar, memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan
menghindari marah.
2.
Tipe penolong
Tipe
kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, mengekspresikan
perasaan positif pada orang lain, dan menghindari kesan membutuhkan.
3.
Tipe pengejar prestasi
Para
pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi orang yang
produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan.
4.
Tipe romantis
Orang
tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami perasaan diri sendiri
serta dipahami orang lain, menemukan makna hidup, dan menghindari citra diri
yang biasa-biasa saja.
5.
Tipe pengamat
Orang
tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu dan alam
semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, serta menghindari
kesan bodoh atau tidak memiliki jawaban.
6.
Tipe pencemas
Orang
tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan, merasa
diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak.
7.
Tipe petualang
Tipe
7 termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta merencanakan hal-hal
menyenangkan, memberi sumbangsih pada dunia, dan terhindar dari derita dan
dukacita.
8.
Tipe pejuang
Tipe
pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri, kuat,
memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari kesan lemah.
9.
Tipe pendamai
Para
pendamai dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu dengan
orang lain dan menghindari konflik.
TEORI KEPRIBADIAN
2.1 Teori Freud
Teori
ini dibangun atas dasar pemikiran bahwa kebutuhan atau dorongan yang tidak
disadari, terutama dorongan seksual dan dorongan biologis lainnya, merupakan
inti dari motivasi dan kepribadian manusia. Didasarkan kepada analisisnya ,
Freud mengemukakan bahwa kepribadian manusia terdiri dari 3 sistem yang saling
mempengaruhi yaitu id, superego, dan ego.
Id
dirumuskan sebagai “gudang” dari berbagai dorongan primitif dan impulsif berupa
kebutuhan fisiologis dasar seperti rasa haus, lapar, dan seks yang diusahakan
individu untuk segera dipenuhi, terlepas dari bagaimana cara yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan itu.
Sedangkan
superego dirumuskan sebagai pernyataan diri individu mengenai moral dan kode
eti k yang berlaku di dalam masayarakat. Peran superego adalah menjaga agar
individu tersebut memuaskan kebutuhan dengan cara yang dapat diterima masyarakat.
Terakhir,
yaitu ego, merupakan pengendalian individu secara sadar. Fungsinya sebagai p
emantau dalam diri manusia yang berusaha menyeimbangkan tuntutan id yang
impulsi f dengan kendala sosial buadaya atas superego.
Freud
juga menekankan bahwa kepribadian individu dibentuk ketika ia mela lui beberapa
tahap khas perkembangan bayi dan masa kanak-kanak. Tahap-tahap ini terdiri dari
tahap oral, anal, phallic, laten, dan genital. Menurut teori Freud, kepribadian
orang dewasa ditentukan oleh seberapa baik dia menghadapi krisis ya ng dialami
selama melalui setiap tahap ini.
Para
peneliti yang menerapkan teori psikionalitis Freud pada studi kepribadian
konsumen percaya bahwa dorongan pada manusia sebagian besar tidak disadari dan
bahwa para konsumen terutama tidak menyadari alasan mereka yang sebenarnya atas
pembelian suatu jenis barang / jasa tertentu. Para peneliti ini cenderung
memandang bahwa pembelian konsumen dan kepemilikan barang oleh konsumen
sebagaicerminan dari kepribadian individu yang bersangkutan.
2.2 Teori Kepribadian Neo-Freud
Penganut
Neo-Freud percaya bahwa hubungan sosial menjadi dasar pembentukan dan
pengembangan kepribadian. Alfred Adler memandang manusia berusaha supaya
dapat
mencapai berbagai sasaran yang rasional yang disebutnya gaya hidup. Dia juga
banyak menekankan pada usaha individu untuk mengatasi perasaan rendah diri.
Harry Stack Sullivan menekankan bahwa manusia terus menerus berusaha membangun
hubungan yang berarti dan bermanfaat dengan orang lain. Ia terutama tertarik
pada
berbagai
usah individu untuk mengurangi tekanan, seperti kegelisahan. Karen Horney juga
memfokuskan pada pengaruh hubungan anak-orang tua, dan keinginan individu untuk
mengatasi perasaan gelisah.
Banyak
pemasar menggunakan teori Neo-Freud ini secar intuitif. Misalnya jika seorang
pemasar ingin memposisikan produk mereka sebagai produk yang memberikan
kesempatan menjadi bagian dan dihargai orang lain dalam lingkkungan kelompok /
sosial tertentu, maka pemposisian produk tersebut berdasarkan pengggambaran
karakterisitik individu yang yang patuh menurut Horney.
2.3 Teori Sifat
Teori
sifat merupakan awal penting berpisahnya dari pengukuran kualitatif yang
menjadi ciri khas gerakan pengikut Freud dan Neo-Freud. Orientasi Teori Sifat
terutama bersifat kuantitatif / empiris. Teori ini memfikuskan pada pengukuran
kepribadian menurut karakteristik psikologis khusus yang disebut sifat. Sifat
didefinisikan sebagai cara yang khas dan relatif bertahan lama yang dapat
membedakan seorang individu dari individu lain. Tes sifat kepribadian tunggal
yang dipilih (yang hanya mengukur satu sifat) sering disusun terutama untuk
dipakai dalam studi perilaku konsumen.
Tes
kepribadian ini mengukur berbagai sifat seperti keinovatifan konsumen (seberapa
besar kemauan seseorang untuk menerima berbagai pengalaman baru), materialisme
konsumen (tingkat kecenderungan konsumen pada “kepemilikan duniawi”), dan
etnosentrisme konsumen (kemungkinan konsumen untuk menerima/ menoilak berbagai
produk buatan luar negeri). Para peneliti sifat telah menemukan bahwa biasanya
lebih realistis mengharapkan kepribadian berhubungan dengan cara konsumen
membuat pilihan mereka atas konsumsi golongan produk yang luas, bukan atas merk
tertentu.
Perkembangan Kepribadian
Meskipun kepribadian seseorang itu
relatif konstan, namun dalam kenyataannya sering ditemukan bahwa perubahan
kepribadian dapat dan mungkin terjadi, terutama dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dari pada faktor fisik. Erikson mengemukakan tahapan perkembangan
kepribadian dengan kecenderungan yang bipolar:
1. Masa
bayi (infancy)
2. Masa
kanak-kanak awal (early childhood)
3. Masa
pra sekolah (Preschool Age)
4. Masa
Sekolah (School Age)
5. Masa
Remaja (adolescence)
6. Masa
Dewasa Awal (Young adulthood)
7. Masa
Dewasa (Adulthood)
8. Masa
hari tua (Senescence)
NILAI
Pengertian Nilai
Nilai
memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat karena
nilai sendiri merupakan ukuran mengenai baik dan buruk, benar dan salah, pantas
dan tak pantas. Nilai sangat mencerminkan suatu kualitas pilihan dalam tindakan
dalam hal apapun termasuk melakukan pembelian. sesuatu yang berharga, bermutu,
menunjukkan kualitas, dan berguna bagi
manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Dengan demikian yang
dimaksudkan dengan nilai adalah prinsip, tujuan, atau standar sosial yang
dipertahankan oleh seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) karena secara
intrinsik mengandung makna.
Contohnya adalah jika seseorang
memandang bahwa jenjang pendidikan yang lebih tinggi adalah sesuatu yang mutlak
dan penting, maka ia akan berusaha untuk memperoleh pendidikan yang layak,
walaupun tentu ada uang yang harus ia keluarkan untuk hal tersebut. Dan
sebaliknya, alau seseorang menmandang pendidikan sebagai sesuatu yang kurang
begitu penting bagi dirinya, maka ia tidak akan berusaha untuk memperoleh
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Walaupun ia sebenarnya memiliki kemampuan
untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.
MACAM-MACAM NILAI
Menurut
filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu
a) Nilai
logika adalah nilai benar salah.
b) Nilai
estetika adalah nilai indah tidak indah.
c) Nilai
etika/moral adalah nilai baik buruk.
Notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3
macam nilai. Ketiga nilai itu adalah sebagai berikut :
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi
kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi
manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna
bagi rohani manusia. Nilai kerohanian meliputi :
a) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi,
cipta) manusia.
b) Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada
unsur perasaan(emotion) manusia.
c) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada
unsur kehendak (karsa,Will) manusia.
d) Nilai religius yang merupakan nilai keohanian
tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
GAYA HIDUP
Pengertian gaya Hidup
Gaya hidup adalah cara hidup, yang
diidentifikasi melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat seseorang.
Mowen dan Minor menyatakan bahwa penting bagi pemasar untuk melakukan
segmentasi pasar dengan mengidentifikasi gaya hidup melalui pola perilaku
pembelian produk yang konsisten, penggunaan waktu konsumen, dan keterlibatannya
dalam berbagai aktivitas. Mowen dan Minor juga menegaskan bahwa gaya hidup
merujuk pada bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan uangnya, dan
bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Hal ini dinilai dengan bertanya
kepada konsumen tentang aktivitas, minat, dan opini mereka, gaya hidup.
Gaya hidup hanyalah salah satu cara mengelompokkan
konsumen secara psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana
seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang mencari hiburan
bersama kawan-kawannya, ada yang senang menyendiri, ada yang bepergian bersama
keluarga, berbelanja, melakukan aktivitas yang dinamis, dan ada pula yang
memiliki dan waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan sosialkeagamaan.
Kasali menyatakan bahwa gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang, dan
akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang.
Pendekatan gaya hidup cenderung
mengklasifikasikan konsumen berdasarkan variabel-variabel Activity, Interest,
Opinion, yaitu aktivitas, interes (minat), dan opini (pandangan-pandangan).
Menurut Setiadi sikap tertentu yang dimiliki konsumen terhadap suatu objek
tertentu bisa mencerminkan gaya hidupnya. Gaya hidup seseorang bisa juga
dilihat dari apa yang disenangi, ataupun pendapatnya mengenai objek tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar